Konsep Dasar Pendidikan AUD

   BAB 1       
     PENDAHULUAN

Latar Belakang

           Berbicara tentang anak sebenarnya bukan hal yang aneh.anak anak adalah individu yang (sering ) ditemui dalam kehidupan kita sehari-hari.Apabila kita dihadapkan kepada pertanyaan tentang “Siapakah anak?” ,tentu pertanyaaan ini akan mengundang sejumlah jawabanan  dari yang sederhana samapai jawaban yang menurut renungan yang lebih mendalam .Berbagai jawaban tersebut dapat diajukan misalnya, anak adalah makhluk yang kecil,anak adalah makhluk yang lahir dari sepasang orangtua,anak adalah manusia yang belum dewasa,anak adalah titipan dari ALLAH SWT,anak sebagai amanah anak merupakanmasa depan bangsa dan sebagainya.
Dilihat dari usia (kronologis),pendapat tentang batasan usia cendrung berkisar antara 0 samapai 6 tahun, seperti yang dijadikan dasar oleh program PADU (PAUD).
Pandangan ini memberikan arah terhadap pentingnya program pendidikan anak usia dini yang harus menjadi perhatian keluarga dan lembaga terkait lainnya.
Dari sudut perkembangan,Sejak anak dilahirkan samaoi tahun-tahun pertama anak mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang sangat pesat. Para ahli berpendapat bahwa perkembangan pada tahun-tahun awal lebih krisis dibandingkan dengan perkembangan selanjutnya,sehingga dikatakan bahwa “masa kanak-kanak merupakan gambaran awal manusia sebagai seorang manusia’’.Para ahli reurosscience mengemukakan bahwa, anak sejak dilahirkan telah memiliki milyaran sel neuron yang siap dikembangkan.Pada saat ini pertumbuhan sel jaringan otak terjadi sangat pesat, dan sampai pada usia4 tahun (golden age) 80% jaringan otaknya telah tersusun.Jaringan tersebut akan berkembang dengan optimal jika ada rangsangan dari luar berupa pengalaman-pengalaman yang dipelajari oleh anak. Sebaliknya jaringan sel akan mati jika kurang menerima rangsangan atau rangsangannya ynag tidak tepat. Oleh karena itu, orangtua dan pendidik perlu memahami tentang perkembangan anak, agar dapat memberikan pengalaman yang sesuai dan dibutuhkan dalam perkembangan anak. 


Rumusan Masalah
Apa yang dimaksud dengan karakteristik anak usia dini ?
Apa pentingnya memahami karakteristik dari anak usia dini ?
Apa mamfaatnya memahami karakteristik anak sejak usia dini?
Apa macam-macam karakteristik anak usia dini?
Bagaimana cara penerapan didiplin terhadap anak usia dini?
Apa kekurangan dan kelebihan metode pembiasaan terhadap anak usia dini? 

1.3 Tujuan Pembahasan
Menurut UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, secra umum tujuan pendidikan adalah mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa.
  Menjelaskan pentingnya memahami anak usia dini.
Menjelaskan karakteristik perkembangan anak usia dini.
Menjelaskan kondisi yang mempengaruhi anak usia dini.
Menjelaskan pola perkembangan anak usia dini.
Menjelaskan cara belajar anak usia dini.





                                                           







BAB II
PEMBAHASAN

2.1  pengertian karakteristik anak usia dini
. Pengertian anak usia dini adalah anak yang berada pada rentang usia 0-6 tahun (Undang-Undang Sisdiknas tahun 2003) dan sejumlah ahli pendidikan anak memberikan batasan 0-8 tahun. Anak usia dini didefinisikan pula sebagai kelompok anak yang berada dalam proses pertumbuhan dan perkembangan yang bersifat unik. Mereka memiliki pola pertumbuhan dan perkembangan yang khusus sesuai dengan tingkat pertumbuhan dan perkembangannya (Mansur, 2005)
Pada masa tersebut merupakan masa emas (golden age), karena anak mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang cukup pesat dan tidak tergantikan pada masa mendatang. Menurut banyak penelitian bidang neurologi ditemukan bahwa 50% kecerdasan anak terbentuk pada kurun waktu 4 tahun pertama. Setelah usia 8 tahun, perkembangan otaknya mencapai 80% dan pada usia 18 tahun mencapai 100% (Suyanto, 2005).
Mengacu pada Undang-undang Sisdiknas tahun 2003 pasal 1 ayat 14, upaya pembinaan yang ditujukan bagi anak usia 0-6 tahun tersebut dilakukan melalui Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD). Pendidikan anak usia dini dapat dilaksanakan melalui pendidikan formal, nonformal dan informal. Pendidikan anak usia dini jalur formal berbentuk taman kanak-kanak (TK) dan Raudatul Athfal (RA) dan bentuk lain yang sederajat.
Pendidikan anak usia dini jalur nonformal berbentuk kelompok bermain (KB), taman penitipan anak (TPA), sedangkan PAUD pada jalur pendidikan informal berbentuk pendidikan keluarga atau pendidikan yang diselenggarakan lingkungan seperti bina keluarga balita dan posyandu yang terintegrasi PAUD atau yang kita kenal dengan Satuan PAUD Sejenis (SPS). Dapatkan berbagai kajian pustaka tentang PAUD dalam Contoh PTK PAUD.
Berbagai pendidikan untuk anak usia dini jalur non formal terbagi atas tiga kelompok yaitu kelompok Taman Penitipan Anak (TPA) usia 0-6 tahun); Kelompok Bermain (KB) usia 2-6 tahun; kelompok SPS usia 0-6 tahun (Harun, 2009).
Dari uraian pengertian anak usia dini menurut para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa anak usia dini adalah anak yang berada pada rentang usia 0-6 tahun yang sedang mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang sangat pesat, sehingga diperlukan stimulasi yang tepat agar dapat tumbuh dan berkembang dengan maksimal. Pemberian stimulasi tersebut melalui lingkungan keluarga, PAUD jalur non formal seperti tempat penitipan anak (TPA) atau kelompok bermain (KB) dan PAUD jalur formal seperti TK dan RA.

Karakteristik Anak Usia Dini
Kartini Kartono dalam Saring Marsudi (2006: 6) mendiskripsikan karakteristik anak usia dini sebagai berikut :
1) Bersifat egoisantris naif
Anak memandang dunia luar dari pandangannya sendiri, sesuai dengan pengetahuan dan pemahamannya sendiri, dibatasi oleh perasaan dan pikirannya yang masih sempit. Maka anak belum mampu memahami arti sebenarnya dari suatu peristiwa dan belum mampu menempatkan diri ke dalam kehidupan orang lain.
2) Relasi sosial yang primitif
Relasi sosial yang primitif merupakan akibat dari sifat egoisantris naif. Ciri ini ditandai oleh kehidupan anak yang belum dapat memisahkan antara dirinya dengan keadaan lingkungan sosialnya. Anak pada masa ini hanya memiliki minat terhadap benda-benda atau peristiwa yang sesuai dengan daya fantasinya. Anak mulai membangun dunianya dengan khayalan dan keinginannya sendiri.
3) Kesatuan jasmani dan rohani yang hampir tidak terpisahkan
Anak belum dapat membedakan antara dunia lahiriah dan batiniah. Isi lahiriah dan batiniah masih merupakan kesatuan yang utuh. Penghayatan anak terhadap sesuatu dikeluarkan atau diekspresikan secara bebas, spontan dan jujur baik dalam mimik, tingkah laku maupun pura-pura, anak mengekspresikannya secara terbuka karena itu janganlah mengajari atau membiasakan anak untuk tidak jujur.
4) Sikap hidup yang disiognomis
Anak bersikap fisiognomis terhadap dunianya, artinya secara langsung anak memberikan atribut atau sifat lahiriah atau sifat konkrit, nyata terhadap apa yang dihayatinya. Kondisi ini disebabkan karena pemahaman anak terhadap apa yang dihadapinya masih bersifat menyatu (totaliter) antara jasmani dan rohani. Anak belum dapat membedakan antara benda hidup dan benda mati. Segala sesuatu yang ada disekitarnya dianggap memiliki jiwa yang merupakan makhluk hidup yang memiliki jasmani dan rohani sekaligus, seperti dirinya sendiri.

Demikian pengertian anak usia dini menurut para ahli dan karakteristiknya. Memahami kedua aspek tersebut akan memudahkan kita dalam menentukan model atau strategi pembelajaran sesuai dengan tingkat umurnya.Baca juga contoh makalah pendidikan anak usia dini.
Kegiatan pembelajaran pada anak usia dini merupakan pengembangan kurikulum secara konkret berupa rencana yang berisi sejumlah pengalaman belajar melalui bermain yang di berikan pada anak usia dini berdasarkan potensi dan tugas pengembangan yang harus di kuasai dalam pencapaian kompetensi yang harus dimiliki oleh anak. Beberapa karakteristik pembelajaran anak usia dini, diantaranya yaitu:
1. Belajar, bermain, dan bernyanyi
Pembelajaran anak usia dini melalui Belajar, bermain, dan bernyanyi merupakan karakteristik pembelajaran yang dapat membuat anak aktif, senang, dan bebas memilih. Anak-anak selalu melakukan kegiata pembelajaran melalui permainan. Anak belajar melalui bermain dalam suasana yang menyenangkan akan membuat belajar anak menjadi lebih baik, serta dalam kegiatan belajarnya anak dapat menggunakan seluruh alat indranya.
2. Pembelajaran yang berorientasi pada perkembangan
Pembelajaran yang berorientasi pada perkembangan harus sesuai dengan tingkat usia anak, artinya pembelajaran harus diniati, dan kemampuan yang di harapkan dapat tercapai sesuai harapan serta kegiatan belajar tersebut dapat menantang untuk dilakukan anak usia dini tersebut. Selain berorientasi pada perkembangan harus mempertimbangkan konteks sosial budaya anak untuk mengembangkan program pembelajaran yang bermakna, serta guru perlu melihat anak dalam konteks keluarga, masyarakat, dan faktor budaya yang melingkupinya. Strategi pembelajaran sebagai segala usaha guru dalam menerapkan berbagai metode pembelajaran untuk mencapai tujuan yang diharapkan.
Pemilihan srategi pembelajaran anak usia dini hendaknya mempertimbangkan beberapa faktor diantranya yaitu:
• Karakteristik tujuan pembelajaran
• Karakteristik anak dan cara belajarnya
• Tempat belangsungnya kegiatan belajar
• Tema pembelajaran
• Pola kegiatan

2.2 Pentingnya Memahami Anak Usia Dini
Anak usia dini memiliki karakteristik yang khas, baik secara fisik, psikis, sosial, moral dan sebagainya. Masa kanak-kanak juga masa yang paling penting untuk sepanjang usia hidupnya. Sebab masa kanak-kanak adalah masa pembentukan pondasi dan masa kepribadian yang akan menentukan pengalaman anak selanjutnya. Sedemikian pentingnya usia tersebut maka memahami karakteristik anak usia dini menjadi mutlak adanya bila ingin memiliki generasi yang mampu mengembangkan diri secara optimal.
Pengalaman yang dialami anak pada usia dini akan berpengaruh kuat terhadap kehidupan selanjutnya. Pengalaman tersebut akan bertahan lama. Bahkan tidak dapat terhapuskan, walaupun bisa hanya tertutupi. Bila suatu saat ada stimulasi yang memancing pengalaman hidup yang pernah dialami maka efek tersebut akan muncul kembali walau dalam bentuk yang berbeda.
Beberapa hal menjadi alasan pentingnya memahami karakteristik anak usia dini. Sebagian dari alasan tersebut dapat diuraikan sebagaimana berikut :
Usia dini merupakan usia yang paling penting dalam tahap perkembangan manusia, sebab usia tersebut merupakan periode diletakkannya dasar struktur kepribadian yang dibangun untuk sepanjang hidupnya. Oleh karena itu perlu pendidikan dan pelayanan yang tepat.
Pengalaman awal sangat penting, sebab dasar awal cenderung bertahan dan akan mempengaruhi sikap dan perilaku anak sepanjang hidupnya, disamping itu dasar awal akan cepat berkembang menjadi kebiasaan. Oleh karena itu perlu pemberian pengalaman awal yang positif.
Perkembangan fisik dan mental mengalami kecepatan yang luar biasa, dibanding dengan sepanjang usianya. Bahkan usia 0  8 tahun mengalami 80% perkembangan otak dibanding sesudahnya. Oleh karena itu perlu stimulasi fisik dan mental.


Ada banyak hal yang diperoleh dengan memahami karakteristik anak usia dini antara lain :
Mengetahui hal-hal yang dibutuhkan oleh anak yang bermanfaat bagi perkembangan hidupnya.
Mengetahui tugas-tugas perkembangan anak sehingga dapat memberikan stimulasi kepada anak agar dapat melaksanakan tugas perkembangan dengan baik.
Mengetahui bagaimana membimbing proses belajar anak pada saat yang tepat  sesuai dengan kebutuhannya.
Menaruh harapan dan tuntutan terhadap anak secara realistis.
Mampu mengembangkan potensi anak secara optimal sesuai dengan keadaan dan kemampuan.
2.3 manfaat memahami karakteristik sejak anak usia dini
Anak usia dini memiliki karakteristik yang khas, baik secara fisik , psikis, moral, spiritual maupun emosional. Anak usia dini merupakan masa yang paling tepat untuk membentuk fondasi dan dasar keperibadian yang akan menentukan pengalaman selanjutnya. Oleh karena itu , memahami anak usia dini merupakan sesuatu yang sangat penting bagi para orang tua, guru, pemerintah dan masyarakat pada umumnya. Melalui pemahaman tersebut akan sangat membantu mengembangkan mereka secara optimal, sehingga kelak mejadi generasi-generasi unggul yang siuap memasuki era globalisasi yang penuh dengan berbagai macam tantangan dan permasalahan yang semakin rumit dan kompleks.
Pengalaman anak pada usia dini akan berpengaruh kuat terhadap perkembangan kehidupan selanjutnya, bertahan lama, dan tidak dapat dihapuskan. Pengalaman tersebut, mesklipun sudah masuk ke dalam otak bawah sadar, akan muncul kembali ketika ada stimulus yajng merangsangnya, hanya mungkin dalam bentuk yang berbeda.
Beberapa manfaat memahami karakteristik anak usia dini dapat didefinisikan sebagai berikut :
Pemahaman terhadap karakteristik anak usia dini dapat dijadikan sebagai dasar pertimbangan untuk memberikan pendidikan dan layanan yang efektif.
Pemahaman terhadap anak usia dini sangat bermanfaat untuk merangsang program-program yang tepat untuk mengantarkan anak sukses dalam setiap langkah kehidupannya.
Pemahaman terhadap anak usia dini akan bermanfaat untuk memberikan pengalaman awal yang positif terhadap anak sesuai dengan potensi dan karakteristiknya masing – masing.
Pemahaman terhadap anak usia dini sangat bermanfaat untuk memberikan stimulasi fisik dan mental dengan kecepatan yang luar biasa dibanding dengan sepanjang usianya.
Pemahaman terhadap anak usia dini sangat bermanfaat untuk mengatahi berbagai hal yang dibutuhkan oleh anak dan yang bermanfaat bagi perkembangan hidupnya.
Pemahaman terhadap anak usia dini sangat bermanfaat untuk mengetahui tugas-tugas perkembangan anak sehingga dapat memberikan stimulasi, agar anak dapat melaksanakan tugas perkembangan dengan baik.
Pemahaman terhadap anak usia dini sangat bermanfaat untuk membimbing proses belajar pada saat yang tepat sesuai dengan kebutuhannya.
Pemahaman terhadap anak usia dini sangat bermanfaat untuk menaruh harapan dan tuntutan terhadap anak secara realistis.
Pemahaman terhadap anak usia dini dangat bermanfaat untuk mengembangkan potensi anak secara optimal sesuai dengan keadaanj dan kemampuannya.

2.4  macam-macam karakteristik AUD
Anak usia dini merupakan anak yang masuk ke dalam kategori rentang usia 0-8 tahun, meliputi anak-anak yang sedang masuk ke dalam program pendidikan Taman Penitipan Anak, Tk hingga SD (Sekolah Dasar). Setiap anak usia dini dalam rentang usia berapa pun memiliki kepribadian yang unik yang mana dapat menarik perhatian dari orang dewasa lainnya.
Selain itu, anak-anak pada kategori usia dini tentu saja memiliki karakter tersendiri yang berbeda dari anak pada usia lainnya. Karakter merupakan sifat bawaan yang biasanya diturunkan dari kedua orangtua. Karakter ini terkadang bisa membuat orang-orang di sekitarnya senang, namun beberapa juga membuat para orang tua kesulitan untuk mengatasinya. Sayangnya banyak pula orang tua yang belum paham menangani perilaku anak-anak pada usia dini. Sehingga dibutuhkan pengertian serta wawasan yang luas bagi orang tua dalam memahami karakteristik anak. Sehingga nantinya tidak akan memberikan pengaruh buruk pada perkembangan anak.
Berikut ini ada beberapa karakteristik anak usia dini yang perlu anda ketahui.
Memiliki Rasa Keingin Tahuan Yang Besar
Anak-anak pada kategori usia dini benar-benar memiliki keingin tahuan yang besar pada dunia yang ada di sekitarnya. Pada masa bayi, rasa keingin tahuan dari mereka ditunjukkan dengan cara senang meraih benda-benda yang bisa dijangkaunya dan kemudian memasukkan ke dalam mulut. Pada usia 3-4 tahun, biasanya anak akan sering membongkar pasang segala hal yang ada di sekitarnya untuk bisa memenuhi rasa keingin tahuannya yang besar. Tak hanya itu saja anak akan gemar bertanya pada orang lain meskipun masih menggunakan bahasa yang sederhana. (baca juga: Cara Menghadapi Orang Introvert).
 Memiliki Pribadi Yang Unik
Meskipun memiliki banyak kesamaan umum pada perkembangan anak di usia dini, namun tetap saja setiap anak memiliki ciri khas tersendiri pada minat, bakat, gaya belajar, dan lainnya. Keunikan-keunikan inilah yang merupakan keturunan genetis hingga faktor lingkungan. Untuk itu dalam hal mendidik anak, tentu perlu diterapkan pendekatan secara individual ketika menangani anak usia dini. (baca juga: Cara Menghindari Pergaulan Bebas)
Berpikir Konkrit
Yang dimaksud adalah berpikir berdasar pada makna sebenarnya, tidak seperti remaja dan orang dewasa lainnya yang terkadang berpikir secara abstrak. Bagi anak-anak di usia dini, segala hal yang mereka lihat dan ketahui akan terlihat asli. (baca juga: Pengertian Persepsi Menurut Para Ahli).
Egosentris
Karakteristik ini tentu dimiliki oleh setiap anak, hal ini bisa dibuktikan dengan adanya sikap anak yang cenderung memperhatikan serta memahami segala hal hanya dari sisi sudut pandangnya sendiri atau kepentingan sendiri nya saja. Hal ini dapat dilihat dari sikapnya yang seringkali masih berebut sesuatu, marah atau menangis bila keinginannya tidak dihendaki, dan memaksakan kehendak. Karakteristik seperti ini biasanya memiliki keterkaitan dengan perkembangan kognitifnya. Menurut Piaget, anak pada masa usia dini berada dalam fase transisi dari fase praopersional menuju fasel operasional konkret.
Pada fase operasional, biasanya pola fikir anak lebih menuju sifat egosentrik serta simbolik. Sementara di dalam fase operasional konkret, anak-anak sudah menerapkan logika yang digunakan untuk memahami persepsi-persepsi yang ada.
Peran Keluarga dalam Pendidikan Anak
Gangguan Mental Pada Anak
Hambatan Perkembangan Anak
Cara Mengatasi Anak Pemarah
Pola Asuh Anak Usia dini
Menurut Berg, anak yang ada di dalam masa transisi ini masih memiliki kedua pola pikir tersebut secara bergantian bahkan terkadang sec ara simultan. Dalam memahami sebuah fenomena, biasanya anak seringkali memahami sesuatu hanya dari sudut pandangnya saja sehingga dirinya akan sering merasa asing meskipun berada di dalam lingkungannya. (baca juga: Pengertian Sikap Menurut Para Ahli)
Senang Berfantasi dan Berimajinasi
Fantasi merupakan sebuah kemampuan membentuk sebuah tanggapan baru dengan tanggapa yang sudah ada, sedangkan imajinasi merupakan kemampuan anak dalam menciptakan objek ataupun kejadian namun tidak didukung dengan data-data yang nyata. Anak usia dini senang sekali membayangkan serta mengembangkan berbagai hal yang jauh dari kondisi nyatanya.
 Bahkan terkadang hingga menciptakan teman-teman imajiner. Teman imajiner tersebut bisa dalam bentuk orang, hewan, hingga benda. (baca juga: Macam-Macam Sindrom Pada Manusia)
Aktif dan Energik
Ketika anak mulai berkembang, biasanya mereka akan senang melakukan berbagai aktifitas. Mereka seolah-olah merasa tidak pernah lelah, bosan , bahkan juga tidak pernah ingin berhenti untuk melakukan aktifitas terkecuali saat mereka sedang tidur.
Ada beberapa Perkembangan Sosial Emosional Anak Usia Dini. Yaitu :
Metode Penelitian Psikologi
Gejala ADHD Pada Bayi
Jenis Emosi Pada Manusia
Cara Mencintai Diri Sendiri
Berjiwa Petualang
Seperti yang dijelaskan sebelumnya, anak pada usia dini memiliki rasa keingin tahuan yang besar dan kuat. Rasa keinginan ini biasanya akan disertai dengan menjelajahi sesuatu hal serta memiliki jiwa petualang. Misalnya saja, anak-anak senang sekali berjalan kesana kemari, membongkar hal-hal di sekitarnya, mencorat coret dinding, dan lainnya.
Belajar Banyak Hal Menggunakan Tubuh
Anak-anak pada usia dini memang menjadi usia dimana dirinya senang mempelajari hal-hal baru. Mereka akan mulai banyak belajar dengan menggunakan seluruh anggota tubuh mereka, mulai dari merasakan, bergerak, menyentuh, membaui, menjelajah, mengamati, mengira-ngira, dan lainnya. (baca juga: Tahap Perkembangan Emosi Anak)
Memiliki Daya Kosentrasi Yang Pendek
Anak-anak pada usia dini memang memiliki rentang fokus dan perhatian yang sangat pendek dibandingkan pada remaja ataupun orang dewasa. Perhatian anak-anak usia dini akan mudah sekali teralihkan pada hal lainnya, khususnya yang dapat menarik perhatiannya. Sehingga sebagai pendidik, baik guru ataupun orang tua penting sekali untuk memperhatikan hal ini dalam menyampaikan sebuah pembelajaran penting. Pembelajaran yang baik dapat dilakukan melalui pendekatan yang lebih bervariasi serta menyenangkan sehingga tidak mengharuskan anak terpaku di tempat yang sama serta dalam waktu yang lama yang malah akan membuatnya bosan dan pelajaran tidak masuk ke dalam otak anak. 

10. Bagian Dari Makhluk Sosial
Anak akan senang jika bisa diterima serta berada di dalam lingkungan teman-teman sebayanya. Mereka senang melakukan kerja sama serta saling memberikan semangat pada teman-teman lainnya. Anak membangun konsep pada dirinya melalui interaksi sosial yang terjadi di sekolah. Dirinya akan membangun kepuasan melalui sebuah penghargaan diri saat diberikan sebuah kesempatan untuk bisa bekerja sama dengan teman-temannya. Untuk itu sebuah pembelajaraan dilakukan agar dapat membantu anak di dalam perkembangan perhargaan diri. Hal ini dilakukan melalui penyatuan strategi pembelajaran sosial.
spontan
Karakteristik lainnya yang dimiliki anak-anak usia dini adalah sifat yang spontan. Perilaku serta sikap yang biasanya dilakukan pada anak-anak umumnya merupakan sikap asli yang dimiliki mereka tanpa adanya rekayasa. Hal ini dapat terlihat dari anak-anak yang seringkali berbicara ceplas-ceplos tanpa ada sesuatu hal yang ditutupi. Selain itu apapun yang diperbuat dan dikatakan anak merupakan refleksi dari apa yang ada di dalam hati serta pikirannya.
Mempunyai Semangat Belajar Tinggi
Ketika anak-anak memiliki keinginan yang menyenangkan serta menarik perhatian mereka tentu saja membuat anak akan berusaha untuk terus mencari cara agar dapat memahami hal-hal yang mereka sangat inginkan. Misalnya saja, ketika anak tertarik dalam bidang mewarnai, maka anak akan terus melakukan kegiatan mewarnai secara berulang-ulang sampai dirinya merasa bisa Cinta)
Kurangnya Pertimbangan
Anak-anak pada usia dini biasanya kurang dalam mempertimbangkan hal-hal yang akan mereka lakukan kedepannya. Mereka belum mengetahui apakah hal yang dilakukannya tersebut akan berdampak bahaya atau tidak bagi dirinya. Misalnya saja saat bermain benda-benda tajam, mereka lebih tertarik memainkannya dibandingkan dengan mendengarkan nasehat dari orang tua.
Masa Belajar Yang Paling Potensial
Masa-masa anak usia dini dapat dikatakan sebagai golden age. NAEYC menjelaskan jika pada masa awal ekhidupan dikatakan sebagai masa pembelajaran dengan slogan Early Years Are Learning Years. Hal ini lah yang kemudian menyebabkan selama dalam rentang tersebut anak dapat mengalami berbagai pertumbuhan serta perkembangan yang begitu cepat
Pada periode ini hampir segala potensi yang dimiliki anak akan mengalami masa peka untuk segala tumbuh kembang yang cepat dan hebat. Oleh sebab itu, pada masa-masa ini, anak benar-benar membutuhkan stimulasi dari lingkungan sekitarnya. Pembelajaran dalam masa-masa ini memang menjadi wahana yang memfasilitasi tumbuh dan kembang anak untuk dapat mencapai tahapan yang memang sesuai tugas perkembangannya.
Mudah Sekali Frustasi
Karakterisik anak usia dini lainnya adalah mudah sekali frustasi. Rasa keingin tahuannya yang besar dan berlebih terkadang membuat anak mudah sekali frustasi apabila keingintahuannya tersebut tidak segera dituruti. Sikap yang seringkali ditunjukkan saat dirinya merasa frustasi biasanya diungkapkan dalam bentuk marah, menangis, berteriak, dan lainnya
2.5Cara  penerapan Disiplin terhadap anak usia dini
Membicarakan mengenai anak usia dini maka ada banyak hal yang bisa kita bahas. Dimana anak usia dini meliputi dari 0 sampai 6 tahun. Anak juga memiliki karakteristik ataupun pola yang berkembang dan juga berbeda, selain perkembangannya yang berbeda sesuai dengan  Perkembangan Psikologi Anak ada juga yang dipengaruhi oleh lingkungan atau biasa disebut sebagai faktor eksternal.
Setiap anak tentu memiliki karaktersitik serta pola yang beragam. Perkembangan anak usia dini banyak melalui beberapa tahapan. Nah perhatian kita tentu bukan hanya pada sisi yang menyenangkan saja. Anak juga harus diajarkan sesuatu yang jelas seperti hal yang salah dan hal yang benar. Sehingga, anak tidak sembarangan mendapatkan pendidikan.  Cara Kerja Psikologi Pendidikan mungkin jelas, namun bagaimana dengan non pendidikan ? salah satunya disiplin. Penerapan disiplin nyatanya sangat bagus untuk kehidupan anak usia dini, bagaimana ?


Memberikan Rasa Aman
Penerapan disiplin ternyata bisa memberikan rasa aman pada anak secara jelas dan juga terukur. Melalui penerapan disiplin anak mengerti mengenai apa yang harus mereka pelajari dan mereka ajarkan. Bagaimana anak tersebut mengalami permasalahan ataupun melakukan hal yang dianggap salah. Nah anak-anak menjadi aman karena ketika mereka benar mereka akan dibela dan ketika salah tentu akan mendapatkan hukuman.
Menghindari Rasa Malu
Penerapan disiplin selanjutnya adalah membantu anak-anak menghindari rasa bersalah serta rasa malu akibat perilaku yang tidak sesuai dan dianggap tidak baik. Dengan adanya penerapan disiplin maka mereka tahu bahwa melakukan hal yang tidak sesuai bisa membuat mereka malu dan terjebak. Salahnya banyak orang tua yang melindungi kesalahan dan menyebabkan anak semakin membangkang dan berani pada orang lain.
3. Konsisten
Apakah anda merasa bahwa anak-anak senang menguji Anda. Dimana banyak anak yang tidak konsisten ataupun bermasalah selain itu mereka seringkal memaksakan orang tuanya untuk mengikuti apa kata mereka. Akhirnya anak-anak merasa bahwa merekalah pengendali kehidupan dan tidak belajar bertanggung jawab. Penerapan disiplin untuk konsistensi sangat berguna dan anak-anak yang tumbuh tanpa konsistensi, aturan-aturan akan sangat mudah dirobohkan. Mereka tetap akan melakukan meskipun konsekuensi yang dia tidak suka.
4. Berikan Pujian
Disiplin bukan berati keras dan galak, anda mengajarkan dua hal yang berbeda. Sehingga jangan menyatukan keduanya. Bentuk disiplin yang paling kuat adalah memberikan pujian jika anak memang melakukan hal baik dan terpuji, dan ini berlaku untuk semua usia anak bahkan yang sudah remaja sekalipun. Makin sering dipuji, anak makin kuat keinginannya untuk berperilaku baik dan tidak perlu menggunakan iming-iming.
5. Berikan Opsi Lain
Meskipun anak usia dini melakukan pelanggaran tidak dihukum namun setidaknya ada sebuah peraturan yang berlaku. Tunjukkan sebanyak negosiasi terbaik ketika mereka melakukan hal buruk. Misalnya saja “Jangan mencoret mobil ya nanti tidak indah dan seperti mobil ini(tunjukan mobil yang sudah buruk)”.. maka buat menjadi “coret lembar ini saja yuk kita melukis”. Ini akan lebih baik.
Kesepakatan
Disiplin lebih baik tidak terjalin pada satu pihak saja agar anak tidak merasa ketakutan. Apabila sulit menerapkan kedisplinan maka anda bisa melakukan kesepakatan. Misalnya ketika tidur, tawarkan apakah ingin dengan lampu di lorong depan kamarnya tetap menyala atau dibiarkan mati. Dengan seperti ini mereka akan paham bahwa orang dewasa menghargai keinginan dan tidak memaksa, sehingga kedisiplinan bisa berjalan. Cara Mendidik Anak Usia 8 Tahun Agar Disiplin dan Mandiri juga bisa menggunakan cara ini.
7. Tunjukan Rasa Empati
Seorang anak meskipun berusia dini tetap tahu bahwa perasaannya baik atau tidak baik.  Setelah melakukan kedisiplinan anda bisa bertanya “Mama tahu kamu marah, mama ingin bermain di taman sepanjang hari namun jika sore….” Sebutkan bahwa anda memang berada di pihak mereka dan mengerti.
8. Berani Katakan Tidak
Penerapan disiplin akan gagal jika anda tidak mengatakan “TIDAK” dengan jelas. Misalnya anak memang melakukan kesalahan, seperti memukul temannya sebutkan dengan jelas bahwa tidak boleh memukul. Apalagi jika anak anda melakukan kesalahan besar. Anda juga tetap bisa meminta dia meminta maaf. Walaupun begitu, batasi penggunaan kata “tidak”. Jangan semua hal anda katakan tidak.
9. Menumbuhkan Percaya Diri
Selain rasa aman dan juga rasa empati yang mereka miliki ketika disiplin diterapkan secara tidak langsung kita juga mengajarkan anak untuk menjadi pribadi yang percaya diri. Mengapa ? karena anak akan berusaha untuk paham dan juga harus berusaha untuk melakukan yang  karena ia paham mana yang harus ia lakukan dan mana yang harus dihindari.
10. Meningkatkan Motivasi
Teori Motivasi dalam Psikologi Industri sangat luas, dimana Disiplin dan juga penerapannya dapat meningkatkan motivasi anak. Terutama untuk anak usia dini mereka membutuhkan stimulasi dulu untuk bisa berperan dan melakukan sesuai peraturan. Untuk anak yang memang ingin melakukan apa yang dirinya sendiri ingin lakukan bisa dibantu dengan motivasi. Terutama untuk bisa mencapai hasil yang diinginkan oleh sang anak itu sendiri.
11. Mengajarkan Keteraturan
Anak bisa dianggap sebagai manusia yang memang belum bisa belajar sehingga harus diajarkan sejak awal. Nah, penerapan disiplin itulah yang akan membantu anak usia dini mampu untuk mengelola waktu dengan baik. Sehingga mereka tahu kapan melakukan kegiatan dan berama lama, serta waktu dianggap penting dan teratur. Ia bisa memahami prioritas dalam kesehariannya.
12. Disiplin Pasti Ada Sebab
Semua anak tidak akan mengerti kesalahannya jika tidak dijelaskan. Jika anak usia dini dianggap sudah bisa memahami kata-kata Anda meskipun sederhana namun setidaknya anda dapat menjelaskan dengan kata-kata sederhana mengapa ada penerapan kedisplinan dan apa alasannya. Tidak mungkin segala hal dilakukan secara tiba-tiba dan tanpa sebab.
13. Tetaplah Lembut
Dampak Anak Sering Dimarahi sangatlah banyak, dimana orang tua sering salah paham mengenai tegas dan galak. Apapun metode menerapkan disiplin pada anak Anda usia dini khususnya usahakan untuk tetap lembut. Karena anda seorang ibu yang dipercaya oleh mereka. Jika anda terlalu galak mereka tidak akan percaya atau takut untuk melakukan dan atau mengatakannya apa yang telah mereka lakukan. Tetaplah lembut dan berusaha untuk menegaskan aturan dengan bahasa baik.

14. Bantuan Keluarga
Menerapkan disiplin tidak hanya sendiri. Peran Keluarga Dalam Pendidikan Anak juga besar. Anda dapat meminta bantuan kepada kakak, adik bahkan om dan tante atau nenek dan kakek untuk menerapkan kedisiplinan tersebut. Katakan bahwa semua keluarga juga tidak suka atau tidak membolehkan melakukan hal A. Sehingga anak akan merasa percaya.
15.Tunjukan Hal Baik
Anak usia dini tentu hanya melihat dan meniru, dalam menyelaraskan penerapan disiplin anda juga harus menunjukan hal baik terhadap mereka.
2.6 kekurangn dan kelebihan dalam metode pembiasaat dalam anak usia dini
Terdapat kekurangan dan kelebihan metode pembiasaan yaitu sebagai berikut.:
a. Kelebihan
1) Pembentukan kebiasaan yang dilakukan dengan mempergunakan metode pembiasan akan menambah ketepatan dan kecepatan pelaksanaan.
2) Pemanfaatan kebiasaan membuat gerakan-gerakan yang kompleks dan rumit menjadi otomatis.
3) Pembiasaan tidak hanya berkaitan dengan lahiriyah tetapi juga berhubungan dengan aspek batiniyah.
b. Kekurangan
1) Metode ini dapat menghambat bakat dan inisiatif murid, hal ini oleh murid lebih banyak dibawa konformitas atau kesesuaian dan lebih diarahkan kepada uniformitas atau keseragaman.
2) Kadang-kadang pelatihan yang dilaksanakan secara berulang-ulang merupakan hal yang monoton dan mudah membosankan.
3) Membentuk kebiasaan yang sangat kaku karena murid lebih banyak ditujukan untuk mendapatkan kecakapan memberikan respon otomatis tanpa intelegensinya.
4) Dapat menimbulkan verbalisme yang bersifat kabur atau tidak jelas karena murid lebih.
Pembentukan Karakter Anak
Pengertian Karakter
Secara etimologis, kata karakter bisa bermakna tabiat, sifat sifat kejiwaan, akhlak, atau budi pekerti yang membedakan seseorang dengan yang lain atau watak.[3] Orang berkarakter berarti orang yang memiliki watak, kepribadian, budi pekerti atau akhlak, dengan makna seperti ini berarti karakter identik dengan kepribadian atau akhlak. Kepribadian merupakan ciri-ciri karakteristik atau sifat khas dari seseorang yang bersumber dari bentuk-bentukan yang diterima dari lingkungan, misalnya keluarga pada masa kecil dan juga bawaan sejak lahir.[4] Karakter sama dengan kepribadian.
Kepribadian dianggap sebagai ciri atau karakteristik atau gaya, atau sifat khas dari diri seseorang yang bersumber dari bentukan-bentukan yang diterima dari lingkungan, misalnya keluarga pada masa kecil juga bawaan sejak lahir.[5] Pendapat lain mengatakan bahwa karakter ialah nilai-nilai yang khas-baik (tahu nilai kebajikan, mau berbuat baik terhadap lingkungan) terpatri dalam diri dan terejawantahkan dalam prilaku.[6]
Dari pendapat diatas dapat dipahami bahwa karakter sebenarnya mengacu kepada serangkaian pengetahuan, sikap dan motivasi serta prilaku dan kerampilan. Dengan demikan pendidikan karakter tidak sekedar mengajarkan mana yang benar dan mana yang salah kepada anak, tetapi lebih dari itu pendidikan karakter menanamkan kebiasaan tentang yang baik sehingga anak paham, mampu merasakan dan mampu melakukan yang baik. Pendidikan karakter ini membawa misi yang sama dengan pendidikan akhlak atau pendidikan moral. Pembudayaan karakter mulia perlu dilakukan dan terwujudnya karakter mulia merupakan tujuan akhir dari proses pendidikan. Budaya yang baik di lembaga pendidikan, baik sekolah, kampus maupun yang lainnya berperan penting dalam membangun akhlak mulia di kalangan civitas akedmi dan para karyawannya.
Karakter adalah” siapakah dan apakah kamu pada saat orang lain sedang melihat kamu. Karakter juga adalah sebuah kebiasaan yang menjadi sifat alamiah kedua. selanjutnya karakter bukanlah reputasi atau apa yang dipikirkan oleh orang lain terhadapmu.Demikian juga karakter bukanlah seberapa baik kamu daripada orang lain, hakikatnya karakter tidaklah tetap atau tidak relatif.
Banyak orang tua yang masih bingung dan bertanya-tanya bagaimana cara yang benar untuk membentuk karakter anak. Para orang tua yang menyerahkan seluruhnya pembentukan karakter kepada guru atau lingkungan di sekolah. Seharusnya karakter anak dibangun dari hal-hal yang kecil yang ada di lingkungan rumah.
2. Pembelajaran Pendidikan Karakter
Dalam pembentukan karakter, pembelajaran merupakan salah satu hal terpenting yang harus dilakukan. Dalam proses pembelajaran untuk tujuan pembentukan karakter setiap lembaga pendidikan harus menerapkan pembelajaran-pembelajaran yang sesuai diantaranya pembelajaran berbasis kasih saying, pembelajaran berbasis kebersamaan, pembelajaran berbasis ketauhidan, pembelajaran berbasis kreativitas, dan pembelajaran berbasis lingkungan.[8] Adapumn jabaran pembelajaran pendidikan dalam upaya pembentukan adalah sebagai berikut:
a. Pembelajaran Berbasis Kasih Sayang
Kasih sayang adalah kebutuhan jiwa yang paling pokok bagi manusia termasuk bagi anak. Kasih sayang merupakan komponen dasar yang paling utama dalam proses pembentukan karakter atau akhlak anak. Anak yang kurang kasih sayang cenderung mempunyai karakter yang tidak baik. Mendidik denan kasih saying selain diajarkan secara langsung dari keluarga, juga dilaksanakan disekolah. Mendidik dengan kasih saying merupakan usaha tersendiri bagi pendidik.

b. Pembelajaran Berbasis Kebersamaan
Pembelajaran berbasis kebersamaan merupakan strategi belajar dengan sejumlah siswa sebagai anggota kelompok kecil yang kemampuannya berbeda-beda, setiap anggota harus saling bekerjasama, belajar belum dikatakan selesai jika salah satu teman dalam kelompok belum menguasai pelajaran. Dengan menerapkan konsep pembelajaran berbasis kebersamaan setiap anak akan mempunyai tanggung jawab tentang pentingnya menghargai orang lain, bertanggung jawab dan memberikan kesempatan kepada orang lain untuk berpendapat dan berkeksplorasi.

c. Pembelajaran Berbasis Ketauhidan
Makna tauhid berarti mengesakan Allah atau kuatnya kepercayaan bahwa Allah hanya satu. Hal ini berkaitan dengan akidah yaitu apa yang diyakini oleh anak, akidah yang benar akan menjadi landasan seseorang untuk melakukan amal perbuatannya. Akidah yang benar akan menuntun anak untuk berbuat yang benar dan nilai-nilai kebenaran.
d. Pembelajaran Berbasis Kemandirian
Belajar mandiri memandang siswa sebagai manajer dan pemilik tanggung jawab dari proses pelajaran mereka sendiri. Belajar mandiri mengintegrasikan self-management (manajemen konteks, menentukan setting, sumber daya dan tindakan) dengan self monitoring (siswa memonitor, mengevaluasi dan mengatur srategi belajarnya), kemandirian sangat penting diajarkan kepada anak supaya anak saat beraktivitas tidak bergantung dengan orang lain.
e. Pembelajaran berbasis kreativitas
Kreativitas merupakan kemampuan yang mencerminkan kelancaran, keluwesan, fleksibilitas dan orisinilitas dalam berpikir serta kemampuan untuk berpikir serta kemampuan untuk mengelaborasi, memperkaya, memerinci suatu gagasan. Sarana bermain adalah salah satu cara untuk merangsang dorongan eksperimen dan eksploitasi yang penting untuk mengembangkn kreativitas, pembelajaran ini juga bisa dilakukan dengan bercerita karena dapat meningkatkan imajinasi dan fantasi anak.[11]
f. Pembelajaran berbasis lingkungan
Lingkungan merupakan hal yang penting dalam proses pendidikan. Bagi anak usia dini, lingkungan adalah tempat yang paling dominan untuk mengembangkan segala potensi yang dimilikinya. Lingkungan berpengaruh kepada kepribadian anak dan membentuk watak anak. Dalam upya menanamkan pendidikan karakter sejak dini lingkungan perlu dibuat dan dijadikan sebaga sarana pembelajran seoptimal mungkin yang pada gilirannya anak dapat belajar mengenal diri sendiri maupun orang lain atau bahkan masyarakat, serta lingkungan.

3. Implementasi Nilai-Nilai Pendidikan Karakter
Nilai-nilai pendidikan karakter harus diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari dalam kehidupan anak. Pendidikan karakter lebih menekankan kepada kebiasaan yan positif, kebiasaa-kebiasaan inilah yang kemudian akan menjadi suatu karakter yang membekas dan tertanam dalam jiwa anak. Berikut adalah nilai-nilai pendidikan karakter yang dapat diimplemtasikan dalam kegiatan pembelajaran pada anak usia dini.
Relejius
yaitu sikap dan prilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama yang di anutnya, toleran terhadap pelaksanaan agama lain dan hidup rukun dengan pemeluk agama lain.
Jujur
yaitu prilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebgai orang yang selalu percaya dalam perkataan, tindakan dan pekerjaannya.
Torelansi
yakni sikap dan tindakan untuk menghargai setiap perbedaan, baik agama, suku, etnis, pendapat, sikap dan pendapat orang lain.
Displin
 Tindakan yang menunjukan prilaku yang tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan.
Kerja keras
sikap atau prilaku yang menunjukan upaya sungguh-sungguh dalam mengatasi berbagai hambatan belajar dan tugas, serta menyelesaikan tugas dengan sebaik-baiknya.
Kreatif
berpikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan cara atau hasil baru dari sesuatu yang telah dimilikinya.
Mandiri
yang merupakan prilaku yang tidak mudah bergantung kepada orang lain dalam menyelesaikan tugas-tugasnya.
Demokratis
Cara bersikap dan bertindak yang menilai sama hak dan kewajiban dirinya dengan orang lain.
Rasa ingin tahu,
Yaitu sikap untuk selalu berupaya untuk mengetahui lebih dalam dari sesuatu yang telah dipelajarinya.
Semangat kebangsaan
 yaitu berwawasan kebangsaan dan menempatkan kepentingan bangsa diatas kepentingan diri dan kelompoknya.
Menghargai prestasi
Yaitu sikap yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat.
Bersahabat dan komunikatif
Tindakan yang memperlihatkan senang berbicara, bergaul dan bekerja sama dengan orang lain.
Cinta damai
 Takni prilaku yang menyebabkan orang lain merasa senang dan aman atas kehadirannya.
Gemar membaca
 Kebiasaan untuk menyediakan waktu untuk membaca berbagai bacaan yang memberikan kebajikan dirinya.
Peduli lingkungan
 Sikap untuk perduli terhadap alam sekitar, menjaga dan mengembangkan lingkungan sekitarnya.
Peduli social
Sikap yang selalu ingin memberikan bantuan kepada orang lain dan masyarakat yang membutuhkan.
Tanggung jawab
 Sikap atau prilaku untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya.[13]

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa penanaman nilai karakter anak berarti menanamkan nilai moral agar anak memiliki akhlak yang baik yang dapat menjadi bekalnya dimasa dewasa. Menurut Indonesian Heritage Fondation seperti yang dikutip oleh Dharma Kesuma ada 9 karakter yang perlu ditanamkan pada setiap diri anak Indonesia yakni:
1. Cinta Tuhan dan segenap ciptaa-Nya (love Allah, Trust, reverence, loyalty)
2. Kemandirian dan tanggung jawab (responsibility, excellence, self reliance, discipline, orderliness)
3. Kejujuran/amanah, bijaksana (trustworthiness, reability, honesty)
4. Hormat dan santun (respect, courtesy, obidien)
5. Dermawan, suka menolong dan gotong royong (love, compassion, caring, emphaty, generousity, moderation, cooperation)
6. Percaya diri, kreatif, dan pekerja keras (confident, assertiveness, creativity, resourcarefulness, courage, determinationand anthusiasm)
7. Kepemimpinan dan keadilan (justice, fairness, mercy, leadership)
8. Baik dan rendah hati (kindness, friendliness, humility, modesty)
9. Toleransi dan kedamaian dan kesatuan (tolerance, flexibility, peacefulness, unity)

Pembentukan karakter melalui penanaman nilai-nilai yang baik harus dimulai sejak dini. Pembentukan karakter anak dari dini akan membentuk pemimpin-pemimpin berkarakter yang baik di masa mendatang.
2.7 Karakteristik Perkembangan Anak Usia Dini
Anak usia dini (0-8 tahun) adalah individu yang sedang mengalami proses pertumbuhan dan perkembangan yang sangat pesat. Bahkan dikatakan sebagai lompatan perkembangan karena itulah maka usia dini dikatakan sebagai golden age (usia emas) yaitu usia yang sangat berharga dibanding usia-usia selanjutnya. Usia tersebut merupakan fase kehidupan yang unik. Secara lebih rinci akan diuraikan karakteristik anak usia dini sebagai berikut :
Usia 0-1 tahun
Pada masa bayi perkembangan fisik mengalami kecepatan luar biasa, paling cepat dibanding usia selanjutnya. Berbagai kemampuan dan ketrampilan dasar dipelajari anak pada usia ini. Beberapa karakteristik anak usia bayi dapat dijelaskan antara lain :
Mempelajari ketrampilan motorik mulai dari berguling, merangkak, duduk, berdiri dan berjalan.
Mempelajari ketrampilan menggunakan panca indera, seperti melihat atau mengamati, meraba, mendengar, mencium dan mengecap dengan memasukkan setiap benda ke mulutnya.
Mempelajari komunikasi sosial. Bayi yang baru lahir telah siap melaksanakan kontrak sosial dengan lingkungannya. Komunikasi responsif dari orang dewasa akan mendorong dan memperluas respon verbal dan non verbal bayi.
Berbagai kemampuan dan ketrampilan dasar tersebut merupakan modal penting bagi anak untuk menjalani proses perkembangan selanjutnya.

Usia 2-3 tahun
Anak pada usia ini memiliki beberapa kesamaan karakteristik dengan masa sebelumnya. Secara fisik anak masih mengalami pertumbuhan yang pesat. Beberapa karakteristik khusus yang dilalui anak usia 2- 3 tahun antara lain :
Anak sangat aktif mengeksplorasi benda-benda yang ada di sekitarnya. Ia memiliki kekuatan observasi yang tajam dan keinginan belajar yang luar biasa. Eksplorasi yang dilakukan oleh anak terhadap benda-benda apa saja yang ditemui merupakan proses belajar yang sangat efektif. Motivasi belajar anak pada usia tersebut menempati grafik tertinggi dibanding sepanjang usianya bila tidak ada hambatan dari lingkungan.
Anak mulai mengembangkan kemampuan berbahasa. Diawali dengan berceloteh, kemudian satu dua kata dan kalimat yang belum jelas maknanya. Anak terus belajar dan berkomunikasi, memahami pembicaraan orang lain dan belajar mengungkapkan isi hati dan pikiran.
Anak mulai belajar mengembangkan emosi. Perkembangan emosi anak didasarkan pada bagaimana lingkungan memperlakukan dia. Sebab emosi bukan ditemukan oleh bawaan namun lebih banyak pada lingkungan.
Usia 4-6 tahun
Anak usia 4 6 tahun memiliki karakteristik antara lain :
Berkaitan dengan perkembangan fisik, anak sangat aktif melakukan berbagai kegiatan. Hal ini bermanfaat untuk mengembangkan otot-otot kecil maupun besar.
Perkembangan bahasa juga semakin baik. Anak sudah mampu memahami pembicaraan orang lain dan mampu mengungkapkan pikirannya dalam batas-batas tertentu.
Perkembangan kognitif (daya pikir) sangat pesat, ditunjukkan dengan rasa ingin tahu anak yang luar biasa terhadap lingkungan sekitar. Hl itu terlihat dari seringnya anak menanyakan segala sesuatu yang dilihat.
Bentuk permainan anak masih bersifat individu, bukan permainan sosial. Walaupun aktifitas bermain dilakukan anak secara bersama.
Usia 7-8 tahun
Karakteristik perkembangan anak usia 7-8 tahun antara lain :
Perkembangan kognitif anak masih berada pada masa yang cepat. Dari segi kemampuan, secara kognitif anak sudah mampu berpikir bagian per bagian. Artinya anak sudah mampu berpikir analisis dan sintesis, deduktif dan induktif.
kecenderungan anak untuk selalu bermain di luar rumah bergaul dengan teman sebaya.
Anak mulai menyukai permainan sosial. Bentuk permainan yang melibatkan banyak orang dengan saling berinteraksi.
Perkembangan emosi anak sudah mulai berbentuk dan tampak sebagai bagian dari kepribadian anak. Walaupun pada usia ini masih pada taraf pembentukan, namun pengalaman anak sebenarnya telah menampakkan hasil.

2.8 Kondisi Yang Mempengaruhi Anak Usia Dini
Banyak hal yang dapat mempengaruhi kondisi anak usia dini, secara garis besar dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu :
Faktor bawaan
Faktor lingkungan
Pertama, faktor bawaan adalah faktor yang diturunkan dari kedua orangtuanya, baik yang bersifat fisik maupun psikis. Faktor bawaan lebih dominan dari pihak ayah daripada ibu atau sebaliknya. Faktor ini tidak dapat direkayasa oleh orangtua yang menurunkan. Dan hanya ditentukan oleh waktu satu detik, yaitu saat bertemunya sel sperma dan ovum. Oleh karena itu, saat ovulasi merupakan saat paling berharga untuk sepanjang hidup manusia, karena pada saat itulah diturunkan sifat bawaan yang akan terbawa sepanjang usia manusia.
Kedua, faktor lingkungan yaitu faktor yang berasal dari luar faktor bawaan, meliputi seluruh lingkungan yang dilalui oleh anak. Lingkungan dapat dipisahkan menjadi dua, yaitu lingkungan dalam kandungan dan lingkungan di luar kandungan.
Lingkungan dalam kandungan sangat penting bagi perkembangan anak. Karena perkembangan janin dalam kandungan mengalami kecepatan luar biasa, lebih cepat 200.000 kali dibanding perkembangan sesudah lahir. Oleh karena itu lingkungan yang positif dalam kandungan akan berpengaruh positif bagi perkembangan janin, demikian juga sebaliknya.
Lingkungan di luar kandungan, juga besar pengaruhnya terhadap perkembangan anak usia dini. Sebab anak menjadi bagaimana seorang anak sangat dipengaruhi oleh bagaimana lingkungan memperlakukan dia. Lingkungan luar kandungan dibedakan menjadi tiga hal yaitu :
Lingkungan keluarga, yaitu lingkungan yang dialami anak dalam berinteraksi dengan anggota keluarga baik interaksi secara langsung maupun tidak langsung. Lingkungan keluarga khususnya dialami anak usia 0-3 tahun. Usia ini menjadi landasan bagi anak untuk melalui proses selanjutnya.
Lingkungan masyarakat atau lingkungan teman sebaya. Seiring bertambahnya usia, anak akan mencari teman untuk berinteraksi dan bermain bersama. Kondisi teman sebaya turut menentukan bagaimana anak jadinya.
Lingkungan sekolah. Pada umumnya anak akan memasuki lingkungan sekolah pada usia 4-5 tahun atau bahkan yang 3 tahun. Lingkungan di sekolah besar pengaruhnya terhadap perkembangan anak. Sekolah yang baik akan mampu berperan secara baik dengan memberi kesempatan dan mendorong anak untuk mengaktualisasikan diri sesuai dengan kemampuan yang sesungguhnya.
2.9Pola Perkembangan Anak Usia Dini
Perkembangan setiap anak memiliki pola yang sama, walaupun kecepatannya berbeda. Setiap anak mengikuti pola yang dapat diramalkan dengan cara dan kecepatannya sendiri. Sebagian anak berkembang dengan tertib tahap demi tahap, langkah demi langkah. Namun sebagian yang lain mengalami kecepatan melonjak. Di samping itu ada juga yang mengalami penyimpangan atau keterlambatan. Namun secara umum setiap anak berkembang dengan mengikuti pola yang sama. Beberapa pola tersebut antara lain :
Perkembangan Fisik
Perkembangan fisik mengikuti hukum perkembangan yang disebut “cephalocaudal dan “proximodistal”. Hukum cephalocaudal menyatakan bahwa perkembangan dimulai dari kepala kemudian menyebar ke seluruh tubuh sampai ke kaki. Sedangkan hukum proximodistal menyatakan bahwa perkembangan bergerak dari pusat sumbu ke ujung-ujungnya atau dari bagian yang dekat sumbu pusat tubuh ke bagian yang lebih jauh.
Perkembangan bergerak dari tanggapan umum menuju ke tanggapan khusus
Bayi pada awal perkembangan memberikan reaksi dengan menggerakkan seluruh tubuh. Semakin lama ia akan mampu memberikan reaksi dalam bentuk gerakan khusus. Demikian seterusnya dalam hal-hal lain.

Perkembangan berlangsung secara berkesinambungan
Proses perkembangan diawali dari bertemunya sel sperma dan ovum yang disebut ovulasi, dan terus secara berkesinambungan hingga kematian. Kadang perlahan, kadang cepat, kadang maju terus, kadang sejenak mundur. Satu tahap perkembangan menjadi landasan bagi tahap perkembangan selanjutnya. Tidak ada pengalaman anak yang sia-sia atau hilang terhapus. Hanya tertutupi oleh pengalaman-pengalaman berikutnya.
Terhadap periode keseimbangan dan tidak keseimbangan
Setiap anak mengalami periode dimana ia merasa bahagia, mudah menyesuaikan diri dan lingkungannya pun bersikap positif terhadapnya. Namun juga ada masa ketidakseimbangan yang ditandai dengan kesulitan anak untuk menyesuaikan diri, sulit diatur, emosi negatif dan sebagainya. Pola tersebut bila digambarkan ibarat spiral yang bergerak melingkar dengan jangka waktu kurang lebih 6 bulan, hingga akhirnya anak menemukan ketenangan dan jati diri.
Terhadap tugas perkembangan yang harus dilalui anak dari waktu ke waktu
Tugas perkembangan adalah sesuatu yang harus dilakukan atau dicapai oleh anak berdasarkan tahap usianya. Tugas perkembangan bersifat khas, sesuai dengan tuntutan dan ukuran yang berlaku di masyarakat. Misalnya bayi lahir dia akan melaksanakan tugas perkembangan berguling, tengkurap, duduk, berdiri, berjalan, bermain dan seterusnya. Kualitas dan kuantitas tugas perkembangan antara satu daerah berbeda dengan daerah lain.
2.10 Cara Belajar Anak Usia Dini
Anak pada usia dini (0-8 tahun) memiliki kemampuan belajar yang luar biasa. Khususnya pada masa kanak-kanak awal. Keinginan anak untuk belajar menjadikan ia aktif dan eksploratif. Anak belajar dengan seluruh panca inderanya untuk dapat memahami sesuatu, dan dalam waktu singkat ia akan beralih ke hal lain untuk dipelajari. Lingkungan lah yang kadang menjadikan anak terhambat dalam mengembangkan kemampuan belajarnya. Bahkan seringkali lingkungan mematikan keinginannya untuk bereksplorasi.

Cara belajar anak mengalami perkembangan seiring dengan bertambahnya usia. Secara garis besar dapat diuraikan cara belajar anak usia dini mulai dari awal perkembangan.
Usia 0-1 tahun
Anak belajar dengan mengendalikan kemampuan panca inderanya. Yakni pendengaran, penglihatan, penciuman, peraba dan perasa. Secara bertahap panca indera anak difungsikan lebih sempurna. Hingga usia satu tahun anak ingin mempelajari apa saja yang dilihat dengan mengarahkan seluruh panca indera. Hal itu nampak pada aktivitas anak memasukkan segala macam benda ke dalam mulut sebagai bagian dari proses belajar.

Usia 2- 3 tahun
Anak melakukan proses belajar dengan lebih sungguh-sungguh. Ia memperhatikan apa saja yang ada di lingkungannya untuk kemudian ditiru. Jadi cara belajar anak yang utama pada usia ini adalah meniru. Meniru segala hal yang ia lihat dan ia dengar. Selain itu perkembangan bahasa anak pada usia tersebut sudah mulai berkembang. Anak mengembangkan kemampuan berbahasa juga dengan cara meniru.
Usia 4-6 tahun
Kemampuan bahasa anak semakin baik. Begitu anak mampu berkomunikasi dengan baik maka akan segera diikuti proses belajar anak dengan cara bertanya. Anak akan menanyakan apa saja yang ia saksikan. Pertanyaan yang tiada putus. Saat demikian kognisi anak berkembang pesat dan keinginan anak untuk belajar semakin tinggi. Anak belajar melalui bertanya dan berkomunikasi.
Usia 7-8 tahun
Perkembangan anak dari berbagai aspek sudah semakin baik. Walau demikian proses perkembangan anak masih terus berlanjut. Anak melakukan proses belajar dengan cara yang semakin kompleks. Ia menggunakan panca inderanya untuk menangkap berbagai informasi dari luar. Anak mulai mampu membaca dan berkomunikasi secara luas. Hal itu menjadi bagian dari proses belajar anak.











BAB III

P E N U T U P
Kesimpulan
 (PAUD) Lengkap – Menurut Depdiknas (2002), Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan bagi anak sejak usia dini yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut, yang diselenggarakan pada jalur formal, nonformal, dan informal.
Anak usia dini adalah anak yang berusia antara 3-6 tahun dimana mereka memiliki pola pertumbuhan dan perkembangan dalam aspek fisik, kognitif, sosioemosional, kreativitas, bahasa dan komunikasi yang khusus yang sesuai dengan tahapan yang sedang dilalui anak tersebut. Pada usia dini, anak berada pada periode sensitif dimana mereka mudah menerima berbagai dampak dan pelajaran dari lingkungan sehingga perkembangan otak mereka bisa berlangsung dengan optimal dan itu sangat berpengaruh terhadap kehidupan anak nantinya.
Proses pembelajaran anak usia dini hendaknya dilakukan dengan tujuan memberikan konsep-konsep dasar yang memiliki kebermaknaan bagi anak melalui pengalaman nyata yang memungkinkan anak untuk mewujudkan aktivitas dan rasa ingin tahu (coriusity) secara optimal.












Daftar pustaka

Bruse, Tina, Early Childhood Education, London : Holder & Stoughton, 1987.
Depdikbud, Program Kegiatan Belajar Taman Kanak-Kanak, 1994.
Ebbeck, Marjory Ann, Early Childhood Education, Melbourne : Longman Cheshire, 1991.
Hurlock, Elizabeth B., Perkembangan Anak, Jilid I dan Ikan Mas, Jakarta : Erlangga, 1992.
Makalah Seminar, Mengembangkan Potensi Anak Usia Dini di Ambarukmo Palace Hotel Yogyakarta, 24 September 1998.
Padmonodewo, Soemiarti, Buku Ajar Pendidikan Pra Sekolah, Depdikbud, Dirjen Dikti.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 1990, Tentang Pendidikan PraSekolah.
Sholehuddin, M. Drs. Konsep Dasar Pendidikan Pra Sekolah, IKIP Bandung, 1997.
Sudjud, Aswarni, Konsep Pendidikan Pra Sekolah, FIP IKIP Yogyakarta, 1997.



Comments

Popular Posts